Perseteruan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif baru sebesar 100% untuk semua produk impor dari China. Kebijakan ini merupakan respon atas pembatasan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) oleh China, yang menjadi komponen penting dalam industri teknologi tinggi. Langkah ini memicu reaksi keras dari pemerintah China, yang kemudian memberlakukan biaya serupa terhadap kapal-kapal AS yang berlabuh di pelabuhan mereka. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap ekonomi global dan rantai pasokan.
Trump Umumkan Tarif Baru 100% untuk Produk China
Presiden Donald Trump mengumumkan pengenaan tarif baru sebesar 100% untuk semua produk impor dari China, berlaku mulai 1 November 2025. Keputusan ini diambil sebagai respons atas kebijakan China yang memperketat ekspor mineral tanah jarang (rare earth). Mineral ini sangat penting bagi berbagai industri teknologi tinggi, termasuk otomotif, pertahanan, dan semikonduktor. Sekitar 70% pasokan mineral tanah jarang global berasal dari China, sehingga pembatasan ekspor ini menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara yang bergantung pada pasokan tersebut. Trump menyampaikan pengumuman ini melalui platform Truth Social, menegaskan bahwa tindakan China tidak dapat diterima dan memerlukan tindakan balasan yang tegas. Selain tarif, Trump juga mengumumkan kontrol ekspor pada semua perangkat lunak (software).
Dampak Tarif Baru Terhadap Industri
Pengenaan tarif baru ini diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap berbagai industri. Perusahaan-perusahaan yang mengimpor barang dari China akan menghadapi biaya yang lebih tinggi, yang kemungkinan akan diteruskan kepada konsumen. Hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap produk-produk tertentu dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Industri yang paling terpukul adalah yang bergantung pada mineral tanah jarang dari China. Kenaikan harga mineral ini akan meningkatkan biaya produksi dan mengurangi daya saing perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, kontrol ekspor pada perangkat lunak juga dapat menghambat inovasi dan pengembangan teknologi di AS.
Balasan China: Biaya Masuk untuk Kapal AS
Tidak tinggal diam, pemerintah China segera melancarkan serangan balasan dengan mengenakan biaya masuk kepada kapal-kapal AS yang berlabuh di pelabuhan mereka. Biaya yang ditetapkan adalah sebesar 400 yuan atau US$ 56 per ton bersih, yang hampir sama dengan tarif khusus yang dikenakan AS terhadap kapal-kapal China. Kementerian Perhubungan China mengecam kebijakan AS sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip perdagangan internasional dan merugikan perdagangan maritim antara kedua negara.
Rencana Kenaikan Biaya Bertahap
China juga mengumumkan rencana untuk menaikkan biaya masuk kapal AS secara bertahap hingga 17 April 2028, dengan tanggal efektif yang sama dengan rencana kenaikan biaya dari pihak AS. Kebijakan ini berlaku untuk kapal yang dimiliki oleh bisnis, organisasi, individu, dan entitas AS yang memegang saham 25% atau lebih, serta kapal berbendera AS atau buatan Washington. Langkah ini menunjukkan bahwa China siap untuk melanjutkan perseteruan dagang dengan AS dalam jangka panjang.
Reaksi dari Kamar Dagang Amerika di China
Presiden Kamar Dagang Amerika di China, Michael Hart, memperkirakan bahwa pengenaan biaya kepada kapal-kapal China akan mengakibatkan peningkatan biaya bagi konsumen AS, penurunan keuntungan bagi pengirim barang, dan sedikit penurunan permintaan ekspor ke AS dalam kategori tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa perang dagang antara AS dan China akan berdampak negatif terhadap kedua ekonomi. Ketidakpastian yang diciptakan oleh perseteruan ini dapat menghambat investasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Ketegangan AS-China Masih Tinggi
Ketegangan antara AS dan China masih tetap tinggi meskipun kedua pemimpin telah melakukan pembicaraan melalui telepon bulan lalu. Rencana pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan dalam beberapa minggu mendatang menjadi harapan untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi untuk masalah perdagangan yang ada. Namun, dengan kebijakan-kebijakan baru yang diumumkan oleh kedua negara, prospek untuk mencapai kesepakatan tampaknya semakin sulit.