Aktivis dari berbagai negara yang tergabung dalam Global Sumud Flotilla baru-baru ini membagikan pengalaman pahit mereka terkait perlakuan yang mereka terima dari tentara Israel. Misi kemanusiaan yang bertujuan untuk mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza ini dihadang di perairan internasional, dan para aktivis ditahan. Kisah-kisah yang mereka sampaikan menggambarkan kondisi penahanan yang keras dan dugaan tindakan tidak manusiawi. Para aktivis ini, yang terdiri dari berbagai kewarganegaraan termasuk Malaysia, Turki, dan Italia, memberikan kesaksian tentang kekerasan fisik dan psikologis yang mereka alami selama berada di bawah penahanan Israel.
Kisah-kisah ini memicu kecaman internasional dan meningkatkan seruan untuk penyelidikan lebih lanjut terhadap perlakuan yang diterima oleh para aktivis kemanusiaan. Insiden ini juga menyoroti kembali isu blokade yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan dampaknya terhadap penduduk sipil. Pengalaman para aktivis ini menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya melindungi hak asasi manusia dan memastikan bahwa organisasi kemanusiaan dapat beroperasi tanpa rasa takut akan intimidasi atau kekerasan. Komunitas internasional terus menyerukan diakhirinya blokade dan akses tanpa batas ke Gaza untuk bantuan kemanusiaan.
Kesaksian Aktivis Malaysia: Perlakuan Brutal dan Tidak Manusiawi
Heliza Helmi dan Hazwani Helmi, dua aktivis Malaysia yang juga berprofesi sebagai penyanyi dan aktris, menceritakan pengalaman mengerikan mereka selama ditahan oleh pasukan Israel. Setibanya di Istanbul, Turki, setelah dideportasi dari Israel, mereka menggambarkan perlakuan yang mereka terima sebagai sesuatu yang "brutal" dan "kejam".
Hazwani dengan tegas menyatakan bahwa partisipasi mereka dalam misi Global Sumud Flotilla adalah wujud dari kewajiban moral dan agama mereka. Ia menekankan perlunya menghentikan blokade terhadap Gaza dan mengirimkan bantuan makanan serta kebutuhan lainnya kepada warga Palestina yang menderita. Lebih lanjut, Hazwani menceritakan kondisi penahanan yang sangat tidak manusiawi, termasuk klaim bahwa mereka terpaksa minum air dari toilet. Ia juga menuduh pasukan Israel mengabaikan kondisi kesehatan para tahanan yang sakit.
Heliza menambahkan bahwa ia ditahan selama berhari-hari tanpa diberi makanan yang layak. Ia mengatakan bahwa makanan terakhir yang ia konsumsi adalah pada tanggal 1 Oktober, dan selama tiga hari berikutnya ia hanya bertahan hidup dengan minum air dari toilet.
Rincian Kekejaman yang Dialami Aktivis Malaysia
- Dipaksa minum air toilet karena kekurangan air bersih.
- Tidak mendapatkan makanan yang layak selama berhari-hari.
- Mengalami perlakuan tidak manusiawi dari pasukan Israel yang mengabaikan kondisi kesehatan tahanan.
Pengakuan Politisi Italia: Diperlakukan Seperti Binatang
Paolo Romano, seorang anggota dewan daerah dari Lombardy, Italia, juga memberikan kesaksian tentang kekerasan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap para aktivis Global Sumud Flotilla. Setibanya di Bandara Istanbul, Romano mengatakan bahwa para aktivis mengalami kekerasan psikologis dan fisik.
Menurut Romano, setelah kapal mereka dicegat, para aktivis dibawa ke penjara dan ditahan tanpa diizinkan keluar. Ia juga mengklaim bahwa mereka tidak diberi air minum kemasan. Lebih lanjut, Romano menggambarkan bagaimana tentara Israel membuka pintu sel di malam hari dan meneriaki mereka dengan senjata untuk menakut-nakuti mereka. Ia menyimpulkan pengalamannya dengan mengatakan bahwa mereka diperlakukan seperti binatang.
Bentuk Kekerasan yang Disaksikan Politisi Italia
- Kekerasan psikologis dan fisik dari tentara Israel.
- Penahanan tanpa diizinkan keluar dari sel.
- Tidak diberi air minum yang layak.