Dinas Kesehatan (Dinkes) Manokwari, Papua Barat, terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengintegrasikan sistem pendataan dan pengobatan pasien tuberkulosis (TBC) melalui aplikasi Sistem Monitoring Logistik Elektronik (SMILE). Dengan sistem ini, penanganan TBC diharapkan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menjangkau lebih banyak pasien di seluruh wilayah Kabupaten Manokwari. Integrasi ini memungkinkan ketersediaan obat dan logistik terpantau secara real-time, sehingga mencegah kekosongan atau kelebihan stok. Langkah ini juga selaras dengan upaya pemerintah pusat dalam mengendalikan penyakit menular secara nasional.
Sistem Terintegrasi untuk Penanganan TBC di Manokwari
Plt Kepala Dinkes Manokwari, Marthen Rantetampang, menjelaskan bahwa sistem penanganan TBC kini sudah terintegrasi, memungkinkan pasien untuk mendapatkan layanan di berbagai fasilitas kesehatan (faskes). Jika sebuah faskes menemukan pasien TBC, data pasien tersebut akan tercatat dalam sistem. Pasien dapat berobat atau mengambil obat di faskes manapun yang terintegrasi dengan sistem tersebut, tanpa terbatas pada satu klinik tertentu. Sistem ini juga memudahkan pemantauan terhadap pasien TBC secara nasional, membantu upaya pengendalian penyakit menular agar lebih efektif dan efisien. Adanya sistem ini akan memudahkan pasien dalam mendapatkan layanan kesehatan untuk TBC.
Pemantauan Ketersediaan Obat dan Logistik Secara Real-Time
Salah satu manfaat utama dari aplikasi SMILE adalah kemampuannya dalam memantau ketersediaan obat dan logistik secara real-time. Pemantauan dilakukan mulai dari tingkat puskesmas hingga Dinkes. Hal ini membantu mencegah terjadinya kekosongan atau kelebihan stok obat, sehingga pasien TBC dapat selalu mendapatkan obat yang dibutuhkan. Dengan ketersediaan obat yang terjamin, diharapkan pasien akan lebih termotivasi untuk menjalani pengobatan secara rutin dan tuntas. Sistem ini menjamin ketersediaan obat dan logistik untuk penanganan TBC di Manokwari.
Perluasan Jangkauan Layanan dengan Keterlibatan Faskes Swasta
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Manokwari, Rahimi, mengungkapkan bahwa terdapat 26 faskes, baik milik pemerintah maupun swasta, yang sudah terintegrasi dalam sistem layanan pengobatan TBC. Langkah ini bertujuan untuk memperluas jangkauan layanan dan mencegah terjadinya putus pengobatan pada pasien TBC. Dinkes Manokwari menggandeng sejumlah klinik swasta agar pengobatan dapat lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Dari 26 faskes tersebut, 17 di antaranya adalah milik pemerintah (15 puskesmas dan 2 rumah sakit), sementara sisanya adalah klinik swasta yang telah bergabung dalam sistem pengobatan terpadu. Keterlibatan faskes swasta sangat penting dalam memperluas jangkauan layanan dan meningkatkan efektivitas penanggulangan TBC.
Kemudahan Akses Pengobatan dan Kontinuitas Layanan
Rahimi menjelaskan bahwa sistem layanan TBC berbeda dengan penyakit lain, karena pasien tidak harus berobat di satu tempat yang sama hingga sembuh. Pasien dapat melanjutkan pengobatan di faskes lain, bahkan di luar Manokwari. Yang terpenting adalah kontinuitas pengobatan agar tidak terjadi TBC resisten obat (TB-RO). Seluruh proses pengobatan TBC dilakukan secara gratis, termasuk bagi pasien dari daerah lain yang datang berobat ke Manokwari. Sistem ini memudahkan pasien untuk mendapatkan pengobatan yang berkelanjutan, tanpa terikat pada satu faskes tertentu.
Temuan Kasus TBC dan Upaya Pemeriksaan Intensif
Dinkes Manokwari telah menemukan sebanyak 824 kasus TBC pada periode Januari hingga September 2025. Temuan ini merupakan hasil dari kegiatan pemeriksaan terhadap 2.121 orang terduga TBC. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemeriksaan dan deteksi dini TBC terus ditingkatkan untuk menemukan kasus-kasus baru dan mencegah penyebaran penyakit. Dengan penemuan kasus yang lebih awal, penanganan TBC dapat dilakukan secara lebih cepat dan efektif, sehingga meningkatkan peluang kesembuhan pasien.
