Para pekerja dari Pasuruan tidak pernah menduga lembur malam mereka akan berubah menjadi petaka. Mereka bekerja seperti biasa di dekat sungai, menimbun tanggul, memperbaiki rel kereta, dan menata bantalan besi yang rusak. Suasana malam itu normal, sampai suara dentuman keras memecah keheningan, diikuti asap tebal dari puncak gunung. Teriakan panik dari tepi sungai membuat mereka terdiam membeku.
Dari arah hulu, air bah berwarna gelap melaju sangat kencang. Dalam hitungan detik, lumpur, pasir, kerikil, batang pohon, dan puing rumah menghantam dataran di sekitar jembatan. Sungai seakan menghilang, digantikan aliran hitam pekat yang dahsyat. Seorang pekerja menggambarkan kejadian itu seperti tsunami raksasa yang muncul tiba-tiba. Arus bandang itu menyapu bersih segalanya. Batang pohon besar menghantam jembatan, rumah-rumah terseret arus, rel kereta tertimbun lumpur. Malam itu menjadi malam yang tak terlupakan, penuh ketakutan dan kedinginan.
Pagi harinya, para pekerja baru menyadari betapa dahsyatnya bencana itu. Bangunan lenyap, rel rusak parah, dan mayat bergelimpangan di sekitar permukiman. Bencana itu disebabkan oleh letusan besar Gunung Semeru yang memicu banjir lahar eksplosif. Peristiwa tragis ini menjadi pengingat akan kekuatan destruktif gunung berapi dan pentingnya mitigasi bencana.
Dahsyatnya Letusan Semeru 1909: Banjir Lahar Menerjang Pasuruan
Letusan Gunung Semeru pada tahun 1909 adalah peristiwa dahsyat yang memorak-porandakan wilayah Pasuruan. Material vulkanik longsor dari lereng gunung, sementara lahar yang terperangkap di kawah meluap akibat tekanan tinggi. Akibatnya, banjir lahar menerjang dengan kekuatan luar biasa, menyapu bersih segala yang menghalangi jalannya. Para pekerja yang menjadi saksi mata menyebutnya sebagai "tsunami" karena tidak memahami fenomena banjir lahar akibat aktivitas vulkanis. Dampaknya sangat luas, menghancurkan perkebunan tebu dan tembakau, menimbun sawah dengan pasir, dan merusak infrastruktur penting.
Dampak Kerusakan Akibat Banjir Lahar Semeru
Banjir lahar dari letusan Semeru menyebabkan kerusakan yang sangat parah. Ribuan hektar sawah tertimbun pasir, sementara ribuan hektar lainnya kehilangan sumber air karena jaringan irigasi hancur. Jalan-jalan utama rusak berat, menghambat distribusi bantuan dan evakuasi. Kerugian ekonomi mencapai jumlah yang sangat besar pada masa itu. Selain kerusakan fisik, dampak psikologis dan sosial juga sangat besar. Masyarakat kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan orang-orang terkasih. Trauma akibat bencana ini membekas dalam ingatan generasi selanjutnya.
Korban Jiwa dan Kerugian Material
Letusan Semeru dan banjir lahar yang menyusul menyebabkan ratusan orang tewas atau hilang. Ribuan lainnya mengalami luka-luka dan kehilangan tempat tinggal. Korban jiwa berjatuhan akibat terseret arus lahar, tertimbun material vulkanik, atau tertimpa bangunan yang runtuh. Kerugian material meliputi kerusakan rumah, infrastruktur, lahan pertanian, dan perkebunan. Bencana ini menjadi pukulan berat bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat Pasuruan.
Mengenang Tragedi Semeru: Pelajaran Mitigasi Bencana
Lebih dari satu abad kemudian, erupsi Semeru tetap menjadi pengingat akan kekuatan destruktif gunung berapi. Tragedi ini mengajarkan pentingnya mitigasi bencana, termasuk pemantauan aktivitas gunung berapi, perencanaan tata ruang yang aman, dan edukasi masyarakat tentang risiko bencana. Kesadaran dan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam dapat membantu mengurangi risiko dan dampak yang mungkin terjadi. Peristiwa ini juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat sistem penanggulangan bencana di wilayah rawan bencana.
Relevansi Sejarah dengan Kondisi Saat Ini
Erupsi Semeru menjadi pengingat bahwa gunung berapi menyimpan kekuatan destruktif yang bisa muncul sewaktu-waktu. Kejadian sejarah itu masih relevan hingga hari ini dan harus menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana. Masyarakat perlu terus meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam, serta mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan. Pemerintah dan pihak terkait juga perlu meningkatkan sistem pemantauan dan penanggulangan bencana untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam.
