Ancaman pandemi selalu menghantui. Setelah COVID-19 berlalu, kini muncul kekhawatiran baru terkait potensi penyebaran virus dari pasar hewan, terutama yang menjual satwa liar. Pasar-pasar seperti Jatinegara di Jakarta dan Tomohon serta Langowan di Sulawesi Utara berpotensi besar menjadi sumber penularan penyakit baru. Satwa liar yang diperdagangkan membawa berbagai virus yang bisa bermutasi dan menular ke manusia. Pasar menjadi tempat bertemunya manusia, hewan, dan virus, menciptakan kondisi ideal bagi munculnya varian virus baru yang berbahaya. Kondisi ini diperparah dengan sanitasi pasar yang buruk dan kurangnya kesadaran pedagang serta pembeli akan pentingnya perlindungan diri. Mengingat risiko yang sangat besar, perlu ada langkah-langkah pencegahan yang serius untuk mencegah pasar hewan menjadi sumber pandemi berikutnya.
Pasar Hewan: Dapur Virus Zoonosis
Pasar hewan, terutama yang memperdagangkan satwa liar, sering disebut sebagai "dapur virus". Analogi ini menggambarkan bagaimana pasar menjadi tempat berbagai virus bercampur dan bermutasi sebelum akhirnya menular ke manusia. Pasar menjadi lokasi pertemuan antara manusia, hewan, dan berbagai jenis virus. Di tempat inilah, virus-virus zoonosis berpotensi besar untuk bermutasi dan melompat ke inang baru, yaitu manusia. Proses ini sangat berbahaya karena dapat memicu munculnya penyakit baru yang mematikan.
Pandemi COVID-19 menjadi bukti nyata bagaimana pasar dapat menjadi pusat penyebaran virus zoonosis. Penelitian menunjukkan bahwa SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, pertama kali menyebar di Pasar Huanan, Wuhan, Cina. Di pasar tersebut, ditemukan virus corona pada sampel lingkungan dan DNA berbagai hewan liar yang diduga menjadi inang perantara, seperti kelelawar, musang, dan anjing rakun. Fakta ini memperkuat dugaan bahwa pasar hewan memiliki peran penting dalam penyebaran penyakit zoonosis.
Studi Kasus: Pasar Tomohon dan Langowan
Pasar Tomohon dan Langowan di Sulawesi Utara menjadi contoh nyata pasar hewan yang berpotensi menjadi sumber penyebaran virus. Di pasar ini, berbagai jenis satwa liar diperdagangkan secara terbuka, termasuk ular, kelelawar, tikus hutan, babi hutan, dan biawak. Bahkan, beberapa hewan disembelih langsung di tempat, meningkatkan risiko penularan penyakit. Kondisi ini diperparah dengan sanitasi pasar yang buruk dan kurangnya kesadaran pedagang serta pembeli akan pentingnya kebersihan.
Hewan-hewan liar yang dibawa ke pasar biasanya mengalami stres berat akibat perjalanan dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan habitat aslinya. Stres dapat menurunkan daya tahan tubuh hewan, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit dan virus dalam tubuh mereka pun meningkat. Studi di Vietnam menunjukkan bahwa jumlah virus corona pada tikus sawah meningkat drastis setelah tiba di pasar.
Sanitasi Buruk dan Risiko Penularan
Kondisi sanitasi pasar hewan di Indonesia seringkali jauh dari ideal. Hewan-hewan liar seperti kelelawar, musang, dan ular seringkali ditumpuk dalam kandang sempit. Burung-burung liar juga dicampur dalam ruang terbatas. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang ideal bagi penyebaran virus. Darah dan urine hewan juga seringkali dibiarkan tergenang di lantai, meningkatkan risiko kontaminasi. Selain itu, ventilasi pasar yang buruk juga dapat memperburuk kondisi sanitasi. Banyak pedagang dan pembeli juga tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker atau sarung tangan, meningkatkan risiko penularan penyakit.
Mitigasi Risiko: Langkah Pencegahan Potensi Pandemi
Untuk mencegah pasar hewan menjadi sumber pandemi berikutnya, perlu ada langkah-langkah pencegahan yang komprehensif. Peningkatan sanitasi pasar menjadi prioritas utama. Pemerintah dan pengelola pasar harus memastikan kebersihan pasar terjaga dengan baik, termasuk penyediaan air bersih, pengelolaan limbah yang baik, dan penyemprotan disinfektan secara rutin. Selain itu, perlu ada edukasi kepada pedagang dan pembeli mengenai pentingnya kebersihan dan penggunaan alat pelindung diri. Pengawasan terhadap perdagangan satwa liar juga perlu diperketat untuk mencegah masuknya hewan-hewan yang berpotensi membawa virus berbahaya. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko penyebaran penyakit dari pasar hewan dapat diminimalkan.