Para aktivis Global Sumud Flotilla (GSF) baru-baru ini menyampaikan kesaksian mengenai pengalaman pahit mereka selama ditahan oleh otoritas Israel. Mereka ditangkap setelah kapal yang mereka tumpangi, yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza, dicegat oleh militer Israel. Kesaksian mereka mengungkap berbagai bentuk perlakuan buruk dan dugaan penyiksaan yang mereka alami selama berada di tahanan. Insiden ini memicu kecaman internasional dan kembali menyoroti isu pelanggaran hak asasi manusia di wilayah konflik.
Para aktivis ini menggambarkan kondisi penahanan yang keras, termasuk kekerasan fisik, pembatasan akses terhadap obat-obatan penting, dan kondisi sel yang tidak layak. Kisah-kisah ini memberikan gambaran yang memprihatinkan tentang bagaimana para aktivis kemanusiaan diperlakukan setelah upaya mereka untuk memberikan bantuan kepada penduduk Gaza dihalangi. Tuduhan penyiksaan ini telah ditanggapi oleh berbagai pihak, termasuk Kementerian Luar Negeri Israel, yang membantah klaim tersebut dan menyatakan bahwa hak-hak para tahanan telah dihormati. Namun, kesaksian para aktivis yang dibebaskan memberikan perspektif yang berbeda, yang menyoroti perlunya penyelidikan lebih lanjut terhadap insiden ini.
Kesaksian Aktivis tentang Perlakuan di Penjara Israel
Tim kuasa hukum para aktivis GSF, Adalah, telah mengumpulkan berbagai kesaksian yang memberatkan mengenai perlakuan yang diterima oleh para aktivis selama berada di tahanan Israel. Kesaksian-kesaksian ini mengungkap berbagai pelanggaran serius, termasuk kekerasan fisik dan penolakan akses terhadap obat-obatan yang diperlukan. Adalah juga melaporkan bahwa beberapa aktivis dipaksa berlutut dengan tangan terikat selama berjam-jam, yang semakin memperburuk kondisi fisik dan mental mereka.
Adalah, sebagai organisasi yang fokus pada hak-hak minoritas Arab di Israel, telah mewawancarai lebih dari 80 peserta GSF yang ditahan di Penjara Ktziot. Dari wawancara tersebut, terungkap bahwa otoritas Israel sengaja menghalangi para tahanan untuk mendapatkan obat-obatan penting, termasuk resep untuk kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan bahkan kanker. Kondisi ini jelas membahayakan kesehatan para aktivis dan menunjukkan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan medis mereka.
Kondisi Penahanan yang Tidak Manusiawi
Selain penyiksaan fisik, para aktivis juga melaporkan kondisi penahanan yang sangat tidak manusiawi. Mereka ditahan di sel-sel yang penuh sesak, dan sebagian dari mereka terpaksa tidur di lantai dalam kondisi yang keras dan tidak sehat. Kondisi ini, ditambah dengan kekurangan makanan dan air bersih, semakin memperburuk penderitaan para tahanan.
Menurut laporan Adalah, otoritas Israel juga menggunakan kekerasan fisik terhadap beberapa tahanan, yang menyebabkan luka-luka fisik. Beberapa aktivis dilaporkan ditutup matanya dan diborgol untuk waktu yang lama, yang menyebabkan disorientasi dan trauma psikologis. Perlakuan ini jelas melanggar standar internasional mengenai perlakuan terhadap tahanan dan menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap hak asasi manusia.
Bantahan dan Klaim dari Kementerian Luar Negeri Israel
Menanggapi tuduhan penyiksaan dan perlakuan buruk, Kementerian Luar Negeri Israel membantah semua klaim tersebut. Mereka menuding kesaksian para aktivis sebagai kebohongan dan menegaskan bahwa semua hak hukum para tahanan telah ditegakkan sepenuhnya. Kementerian juga mengklaim bahwa para aktivis telah menerima makanan, air, dan obat-obatan yang dibutuhkan.
Namun, klaim Kementerian Luar Negeri Israel ini bertentangan dengan kesaksian para aktivis GSF yang telah dibebaskan dan dideportasi. Para aktivis ini bersikukuh bahwa mereka diperlakukan dengan buruk dan bahwa hak-hak mereka telah dilanggar. Perbedaan antara klaim pemerintah Israel dan kesaksian para aktivis menimbulkan pertanyaan serius tentang kebenaran insiden ini dan perlunya penyelidikan independen.
Kesaksian tentang Penyiksaan Greta Thunberg
Salah satu klaim yang paling mengejutkan adalah tuduhan bahwa aktivis lingkungan terkenal, Greta Thunberg, juga mengalami penyiksaan selama penahanannya. Jurnalis Turki, Ersin Celik, mengklaim menyaksikan pasukan Israel menyeret Thunberg di tanah dan memaksanya mencium bendera Israel. Aktivis lain juga memberikan kesaksian serupa, yang menggambarkan Thunberg diperlakukan dengan kasar dan dijadikan alat propaganda.
Tuduhan ini telah memicu kemarahan dan kecaman di seluruh dunia. Jika benar, perlakuan terhadap Thunberg merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap aktivis yang memperjuangkan isu-isu penting. Kesaksian ini menambah daftar panjang tuduhan terhadap Israel terkait perlakuan terhadap tahanan dan semakin memperburuk citra negara tersebut di mata internasional.
Dampak Pengalaman Tahanan terhadap Aktivis
Pengalaman ditahan dan diperlakukan dengan buruk oleh otoritas Israel telah meninggalkan dampak yang mendalam pada para aktivis GSF. Selain luka fisik dan trauma psikologis, pengalaman ini juga telah memperkuat tekad mereka untuk terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dan mengakhiri blokade Gaza.
Para aktivis yang telah dibebaskan telah bersumpah untuk terus menyuarakan pengalaman mereka dan menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran yang mereka alami. Mereka juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk menekan Israel agar menghormati hak asasi manusia dan mengakhiri pendudukan ilegal atas wilayah Palestina.