Fenomena supermoon, dengan cahaya bulan yang lebih terang dan pasang surut air laut yang ekstrem, ternyata memiliki dampak signifikan terhadap perilaku hewan liar. Menurut Guru Besar Bidang Ekologi Hewan Universitas Mataram (Unram), I Wayan Suana, hewan-hewan yang sensitif terhadap cahaya malam dan perubahan pasang surut menunjukkan perubahan perilaku yang nyata saat supermoon terjadi. Cahaya supermoon yang lebih intens memengaruhi aktivitas hewan laut seperti migrasi dan pemijahan, serta memengaruhi perilaku hewan darat nokturnal seperti serangga malam dan kelelawar. Perubahan ini terjadi karena hewan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah akibat fenomena alam tersebut. Intensitas cahaya yang meningkat memengaruhi cara predator mencari mangsa dan bagaimana mangsa menghindari predator.
Pengaruh Supermoon pada Perilaku Hewan Laut
Supermoon memengaruhi hewan laut dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Salah satunya adalah perubahan waktu migrasi. Ikan dan invertebrata yang bergantung pada pasang surut air laut akan menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi saat supermoon. Peningkatan aktivitas ini terkait dengan intensitas cahaya yang lebih terang dan perubahan signifikan pada pasang surut. Contoh lain adalah perilaku pemijahan. Beberapa spesies ikan melakukan pemijahan saat terjadi pasang surut tertinggi, dan supermoon dapat memicu pemijahan massal karena kondisi lingkungan yang mendukung.
Selain itu, supermoon juga memengaruhi perilaku makan hewan laut. Predator laut yang mengandalkan cahaya untuk berburu, seperti beberapa jenis ikan dan cumi-cumi, akan lebih aktif saat supermoon. Peningkatan cahaya memungkinkan mereka untuk melihat mangsa dengan lebih jelas dan meningkatkan keberhasilan perburuan. Sebaliknya, mangsa seperti plankton dan ikan-ikan kecil cenderung mengurangi aktivitas di permukaan air untuk menghindari predator. Penyu juga terpengaruh, terutama saat musim bertelur. Penyu betina cenderung memilih pantai dengan kondisi pasang surut yang sesuai untuk bertelur, dan supermoon dapat memengaruhi pemilihan lokasi bertelur.
Dampak Supermoon pada Aktivitas Hewan Darat
Tidak hanya hewan laut, hewan darat pun merasakan dampak dari fenomena supermoon. Hewan-hewan nokturnal seperti serangga malam, burung hantu, kelelawar, dan mamalia nokturnal lainnya menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan. Serangga malam, misalnya, akan lebih aktif mencari makan atau kawin saat supermoon karena cahaya yang lebih terang memudahkan mereka dalam beraktivitas. Namun, di sisi lain, mereka juga lebih rentan terhadap predator.
Burung hantu dan kelelawar, sebagai predator nokturnal, memanfaatkan cahaya supermoon untuk mencari mangsa. Cahaya yang lebih terang memungkinkan mereka untuk melihat mangsa dengan lebih jelas, sehingga meningkatkan keberhasilan perburuan. Mamalia nokturnal seperti tikus dan oposum juga terpengaruh. Mereka mungkin menjadi lebih waspada dan mengurangi aktivitas di area terbuka untuk menghindari predator. Perubahan ini menunjukkan bahwa supermoon memiliki dampak yang kompleks pada ekosistem darat, memengaruhi interaksi antara predator dan mangsa.
Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Hewan
Perubahan perilaku hewan saat supermoon tidak hanya dipengaruhi oleh cahaya dan pasang surut. Faktor-faktor lain seperti musim, kondisi geografis, dan ekosistem juga berperan penting. Misalnya, penyu lebih aktif saat musim bertelur, dan supermoon dapat memperkuat perilaku ini. Ikan juga lebih terpengaruh saat musim pemijahan, ketika mereka berkumpul dalam jumlah besar untuk berkembang biak. Kondisi geografis, seperti keberadaan terumbu karang atau hutan bakau, juga memengaruhi bagaimana hewan merespons supermoon.
Ekosistem yang berbeda juga menunjukkan respons yang berbeda terhadap supermoon. Di daerah dengan polusi cahaya tinggi, dampak supermoon mungkin tidak terlalu signifikan karena hewan sudah terbiasa dengan cahaya buatan. Namun, di daerah yang gelap dan alami, perubahan cahaya akibat supermoon dapat memiliki dampak yang lebih besar. Selain itu, lamanya fenomena supermoon juga memengaruhi perilaku hewan. Supermoon biasanya hanya berlangsung selama satu malam, tetapi efek pasang surut ekstrem dapat dirasakan selama beberapa hari sebelum dan sesudah fenomena tersebut.
Antisipasi Fenomena Supermoon di Masa Depan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa fenomena supermoon akan terjadi beberapa kali di masa depan. Supermoon pertama pada tahun 2025 terjadi pada 7 Oktober. Fenomena ini dapat disaksikan sejak 6 Oktober hingga 8 Oktober 2025. Supermoon berikutnya akan terjadi pada 5 November 2025 dan 4 Desember 2025. Dengan mengetahui jadwal ini, masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir, dapat mengantisipasi potensi dampak dari supermoon, termasuk banjir rob dan perubahan perilaku hewan.
Dengan memahami bagaimana hewan merespons supermoon, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi mereka dan menjaga keseimbangan ekosistem. Misalnya, mengurangi polusi cahaya di daerah pesisir dapat membantu penyu dalam memilih lokasi bertelur yang aman. Memantau aktivitas hewan laut dan darat saat supermoon juga dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan lingkungan.