Pada tanggal 7 Oktober 2025, langit malam akan dihiasi oleh fenomena supermoon pertama tahun tersebut, menjanjikan pemandangan yang memukau bagi para pengamat di seluruh dunia. Peristiwa ini bukan hanya sekadar tampilan visual yang menakjubkan, tetapi juga menandai dimulainya serangkaian tiga supermoon berturut-turut yang akan menghiasi langit hingga bulan Desember. Bulan purnama kali ini, yang dikenal sebagai Harvest Moon atau Bulan Panen, diperkirakan akan menjadi yang terbesar dan paling terang sejak November 2024. Bagi para pecinta astronomi dan masyarakat umum, fenomena ini menawarkan kesempatan langka untuk menyaksikan keindahan alam semesta yang mempesona, sembari tetap waspada terhadap potensi dampaknya terhadap lingkungan sekitar, terutama bagi wilayah pesisir.
Supermoon Pertama di Oktober 2025
Fenomena supermoon memang selalu menarik perhatian. Supermoon Harvest Moon pada 7 Oktober 2025 akan menjadi yang pertama dari rangkaian tiga supermoon yang akan terjadi berturut-turut hingga Desember 2025. Diperkirakan, bulan akan tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya. Masyarakat di berbagai belahan dunia dapat menyaksikan fenomena ini mulai malam hari hingga dini hari. Namun, perlu diperhatikan prakiraan cuaca karena awan tebal berpotensi menghalangi pandangan di beberapa wilayah. Bagi yang berada di wilayah dengan cuaca cerah, siapkan diri untuk menikmati keindahan langit malam yang luar biasa.
Penjelasan Fenomena Supermoon
Mengapa bulan purnama ini disebut supermoon? Hal ini berkaitan dengan orbit Bulan yang tidak sepenuhnya berbentuk lingkaran, melainkan elips. Akibatnya, jarak Bulan ke Bumi bervariasi sepanjang tahun. Supermoon terjadi ketika bulan purnama berada pada titik terdekat dengan Bumi atau berada dalam radius 90 persen dari titik terdekatnya. Pada posisi ini, Bulan dapat tampak hingga 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan dengan bulan purnama biasa. Istilah supermoon sendiri diperkenalkan oleh Richard Nolle pada tahun 1979.
Mengenal Harvest Moon atau Bulan Panen
Selain disebut supermoon, bulan purnama pada bulan Oktober ini juga dikenal sebagai Harvest Moon atau Bulan Panen. Nama ini berasal dari tradisi agrikultural kuno di Eropa. Bulan purnama yang muncul paling dekat dengan ekuinoks musim gugur (sekitar 22 September) disebut Bulan Panen karena pada zaman dahulu, cahaya bulan membantu petani untuk terus bekerja hingga malam hari saat panen. Fenomena ini juga populer dalam budaya pop melalui lagu "Harvest Moon" karya Neil Young. Uniknya, Harvest Moon kali ini merupakan yang paling lambat muncul sejak tahun 1987, menambah keistimewaan tersendiri.
Ilusi Optik dan Warna Kemerahan Bulan
Bulan seringkali tampak lebih besar ketika berada di dekat cakrawala. Ini adalah ilusi optik yang disebabkan oleh cara otak kita memproses informasi visual. Ketika Bulan berada dekat dengan objek-objek di bumi seperti pohon atau bangunan, otak menafsirkan jaraknya lebih dekat, sehingga Bulan tampak lebih besar dari yang sebenarnya. Selain itu, warna jingga kemerahan yang sering terlihat pada Bulan saat berada di cakrawala disebabkan oleh pembiasan cahaya Matahari oleh atmosfer Bumi. Atmosfer menyaring cahaya biru gelombang pendek dan membiaskan cahaya merah-oranye gelombang panjang, sehingga memberikan warna kemerahan pada Bulan.
Dampak Supermoon Terhadap Kenaikan Air Laut
BMKG telah mengeluarkan imbauan kewaspadaan terhadap potensi kenaikan muka air laut akibat fase Perigee yang bertepatan dengan Supermoon. Kondisi ini dapat memicu banjir rob di berbagai wilayah pesisir Indonesia hingga 20 Oktober 2025. Beberapa daerah yang berpotensi terdampak meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku. Masyarakat pesisir diimbau untuk selalu waspada terhadap kemungkinan kenaikan muka air laut, terutama saat air pasang maksimum.
Imbauan dan Tindakan Pencegahan dari BMKG
BMKG mengimbau masyarakat pesisir untuk tetap waspada terhadap potensi kenaikan muka air laut dan memantau informasi cuaca maritim secara berkala. Masyarakat juga diimbau untuk mengamankan barang berharga dan kendaraan dari genangan air, menghindari aktivitas di tepi pantai saat pasang tinggi, dan segera melapor ke pihak berwenang jika terjadi genangan yang berpotensi membahayakan. Meskipun supermoon dapat memengaruhi pasang surut air laut, BMKG menegaskan bahwa fenomena ini tidak berhubungan dengan gempa bumi atau bencana besar lainnya. Masyarakat diimbau untuk tidak panik dan tidak menyebarkan informasi hoaks yang menyesatkan.
Supermoon 7 Oktober 2025 menawarkan kombinasi antara keindahan dan kewaspadaan. Bagi para pencinta langit, ini adalah momen sempurna untuk mengabadikan keindahan malam. Namun, bagi masyarakat pesisir, kewaspadaan terhadap potensi rob menjadi hal penting. Nikmatilah keajaiban alam ini sambil tetap menjaga keselamatan dan kewaspadaan bersama.