Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyerahkan enam fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang disita dari kasus korupsi Tata Niaga Timah kepada PT Timah Tbk (TINS). Penyerahan aset ini menjadi angin segar bagi perusahaan BUMN tersebut, sekaligus menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memberantas praktik pertambangan ilegal dan korupsi yang merugikan negara. Lebih menarik lagi, dari smelter-smelter tersebut ditemukan potensi kandungan mineral logam tanah jarang (rare earth element) serta timah batangan yang bernilai fantastis. Penemuan ini membuka peluang baru bagi PT Timah untuk mengembangkan bisnisnya dan memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional. Pemerintah berharap langkah ini dapat memulihkan kerugian negara dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Aset Smelter Timah Diserahkan ke PT Timah Tbk
Enam fasilitas smelter yang sebelumnya disita terkait kasus korupsi Tata Niaga Timah kini resmi menjadi milik PT Timah Tbk. Penyerahan ini dilakukan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Bangka Belitung. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menertibkan sektor pertambangan timah dan memastikan pengelolaan sumber daya alam yang lebih bertanggung jawab. Dengan pengambilalihan ini, PT Timah diharapkan dapat meningkatkan produksi timah dan berkontribusi pada peningkatan pendapatan negara. Selain itu, perusahaan juga diharapkan dapat menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemerintah akan terus mengawasi dan mendukung PT Timah dalam menjalankan operasionalnya.
Potensi Logam Tanah Jarang Bernilai Fantastis
Dalam kunjungannya, Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa di area smelter yang diserahkan, ditemukan tumpukan mineral logam tanah jarang (rare earth element) yang belum terurai, serta ingot-ingot timah atau bongkahan logam. Ia memprediksi nilai dari logam tanah jarang tersebut sangat besar, terutama karena mengandung monasit. Berdasarkan perkiraannya, 1 ton monasit bernilai ratusan ribu dolar AS, bahkan bisa mencapai US$200 ribu. Total logam tanah jarang yang ditemukan diperkirakan mencapai puluhan ribu ton, mendekati 40.000 ton. Logam tanah jarang ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dalam berbagai industri, termasuk teknologi tinggi dan energi terbarukan.
Estimasi Nilai Harta Karun Timah
Dengan asumsi nilai tukar US$1 adalah Rp16.543, dan total cadangan logam tanah jarang mencapai 40 ribu ton, nilai harta karun yang diserahkan kepada PT Timah dapat mencapai Rp132,40 triliun. Nilai ini sangat fantastis dan berpotensi meningkatkan aset serta profitabilitas PT Timah secara signifikan. Penemuan ini juga menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemerintah berkomitmen untuk terus mengembangkan sektor pertambangan yang berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Kerugian Negara Akibat Korupsi Pertambangan
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo juga menyinggung kerugian negara yang mencapai Rp300 triliun akibat korupsi yang dilakukan oleh enam perusahaan pertambangan. Ia menegaskan bahwa kerugian negara ini harus dihentikan dan akan diambil tindakan tegas terhadap pelaku korupsi. Pemerintah akan terus berupaya memberantas praktik pertambangan ilegal dan penyelundupan sumber daya alam.
Upaya Pemberantasan Tambang Ilegal
Presiden Prabowo meminta TNI-Polri, Kejaksaan Agung, dan Bea Cukai untuk terus memberantas pertambangan ilegal. Ia menekankan pentingnya penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku pelanggaran di sektor pertambangan. Dengan memberantas pertambangan ilegal, pemerintah berharap dapat menyelamatkan ratusan triliun rupiah yang seharusnya menjadi pendapatan negara dan dapat digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Pemerintah juga akan terus meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum di sektor pertambangan untuk mencegah terjadinya korupsi dan praktik ilegal lainnya.