Tragedi robohnya Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, terus menjadi perhatian utama. Tim SAR gabungan telah bekerja keras melakukan evakuasi dan identifikasi korban sejak awal pekan lalu. Hingga kini, proses identifikasi masih berlangsung di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, dengan puluhan keluarga korban masih menunggu kabar. Pemerintah dan berbagai pihak terkait terus berupaya memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban dan keluarga yang terdampak. Kejadian ini menjadi duka mendalam bagi seluruh masyarakat, khususnya bagi keluarga besar Pondok Pesantren Al Khoziny. Solidaritas dan doa terus mengalir untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan, serta harapan agar proses pemulihan dapat berjalan dengan lancar.
Update Terkini Identifikasi Korban
Hingga hari Jumat, 10 Oktober 2025, sebanyak 50 jenazah korban robohnya bangunan Pesantren Al Khoziny telah berhasil diidentifikasi. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa proses identifikasi dilakukan secara bertahap. Tim DVI masih terus bekerja untuk memproses 11 jenazah lainnya, termasuk lima potongan tubuh yang ditemukan tim SAR gabungan di lokasi kejadian. Seluruh jenazah yang telah teridentifikasi telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan dengan layak.
Proses identifikasi ini melibatkan berbagai metode, termasuk pencocokan data sidik jari, gigi, dan DNA. Tim DVI bekerja dengan cermat dan teliti untuk memastikan setiap jenazah dapat dikenali dengan tepat. Keluarga korban yang menunggu di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya terus mendapatkan informasi terkini mengenai perkembangan proses identifikasi. Pemerintah daerah dan pusat memberikan dukungan penuh kepada tim DVI agar proses identifikasi dapat diselesaikan secepat mungkin dan dengan akurasi tinggi.
Upaya Rehabilitasi dan Pendampingan Korban
Rapat tingkat menteri yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menghasilkan sejumlah keputusan penting terkait upaya rehabilitasi dan pendampingan korban. Sejumlah kementerian dan lembaga terkait akan terlibat dalam proses rehabilitasi, termasuk melakukan audit terhadap material dan desain bangunan yang roboh. Audit ini bertujuan untuk mengetahui penyebab pasti robohnya bangunan dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan rekomendasi teknis untuk memastikan keselamatan pada pembangunan berikutnya.
Selain audit bangunan, pemerintah juga memberikan pendampingan psikologis kepada para santri dan keluarga korban yang mengalami trauma akibat kejadian ini. Tim psikolog dan konselor diterjunkan untuk memberikan dukungan emosional dan membantu mereka mengatasi trauma yang dialami. Pemerintah juga memberikan bantuan материальная kepada keluarga korban untuk meringankan beban ekonomi yang mereka hadapi. Upaya rehabilitasi ini dilakukan secara komprehensif dan terpadu untuk memastikan para korban dan keluarga korban dapat segera pulih dan kembali menjalani kehidupan нормальным.
Rencana Pemindahan Sementara Santri
Perwakilan alumni Ponpes Al Khoziny, KH Zaenal Arifin, menyampaikan bahwa para santri direncanakan dapat kembali ke pondok dalam dua hingga tiga minggu ke depan. Namun, untuk sementara waktu, mereka tidak akan menempati lokasi utama karena area tersebut masih dipasangi garis polisi untuk proses penyidikan. Para santri akan diarahkan ke Kampus 2 dan Pondok Pesantren Al Falah Siwalan Panji, yang juga merupakan bagian dari Al Khoziny. Pemindahan sementara ini dilakukan untuk memastikan kegiatan belajar santri tetap dapat berjalan нормальным meskipun dalam kondisi yang sulit.
Persiapan telah mulai dilakukan untuk menyambut kedatangan para santri di lokasi pemindahan sementara. Fasilitas dan sarana prasarana yang dibutuhkan telah disiapkan agar para santri dapat belajar dengan nyaman dan aman. Pihak pondok pesantren juga menyadari bahwa belum semua santri siap kembali karena mungkin masih mengalami trauma. Oleh karena itu, pendekatan yang fleksibel dan penuh pengertian akan diterapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi masing-masing santri. Kegiatan belajar mengajar akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan para santri, serta didukung oleh pendampingan psikologis untuk membantu mereka mengatasi trauma yang dialami.