Tragedi ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, menyisakan duka mendalam. Hingga sepekan pasca-kejadian, tim SAR terus berupaya mencari dan mengevakuasi korban yang tertimbun reruntuhan. Gedung tiga lantai yang juga berfungsi sebagai musala asrama putra itu ambruk pada Senin (29/9) sore, saat ratusan santri tengah melaksanakan salat Ashar berjamaah. Insiden ini tidak hanya merenggut nyawa puluhan santri, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi keluarga korban dan seluruh komunitas pesantren.
Proses evakuasi berlangsung dramatis dengan berbagai tantangan. Tim SAR bekerja keras siang dan malam untuk mencari korban di antara puing-puing bangunan. Kendala utama adalah kondisi bangunan lama yang ikut miring akibat tertimpa reruntuhan, sehingga membutuhkan penanganan khusus agar tidak terjadi runtuhan susulan. Peristiwa ini memicu perhatian luas dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah, yang berupaya memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban dan keluarga yang terdampak. Fokus utama adalah menuntaskan evakuasi, memberikan perawatan medis bagi korban selamat, dan mengidentifikasi korban yang meninggal dunia. Masyarakat pun turut berduka dan memberikan doa serta dukungan moril bagi para korban dan keluarga.
Jumlah Korban Tewas Tragedi Ponpes Al Khoziny Bertambah
Update terbaru hingga Senin (6/10) menunjukkan total korban tewas dalam insiden tragis di Ponpes Al Khoziny mencapai 54 orang. Angka ini termasuk penemuan beberapa potongan tubuh korban yang masih diidentifikasi. Proses identifikasi menjadi tantangan tersendiri bagi tim forensik, mengingat kondisi jenazah yang sulit dikenali. Tim SAR terus berupaya melakukan pencarian secara seksama di setiap sudut reruntuhan, dengan harapan tidak ada lagi korban yang tertinggal. Jumlah korban yang berhasil diselamatkan mencapai 104 orang, namun sebagian besar mengalami luka-luka dan trauma mendalam. Pemerintah daerah telah menyiapkan fasilitas kesehatan dan tenaga medis untuk memberikan perawatan intensif bagi para korban selamat. Dukungan psikologis juga diberikan untuk membantu mereka mengatasi trauma pasca-kejadian.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, menyampaikan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan tim forensik untuk mengidentifikasi potongan tubuh korban yang ditemukan. "Kita tidak tahu apakah nanti itu berhubungan atau tidak dari body part yang pertama sama body part yang kedua, tapi tentunya itu kita tetap anggap masing-masing satu," ujarnya. Proses identifikasi ini membutuhkan waktu dan ketelitian, mengingat kondisi jenazah yang memprihatinkan. Pihak kepolisian juga turut membantu dalam proses identifikasi dengan mengumpulkan data-data ante-mortem dari keluarga korban.
Kondisi Gedung Lama yang Miring Akibat Runtuhan
Selain gedung baru yang ambruk, bangunan lama Pondok Pesantren Al Khoziny juga mengalami kerusakan signifikan. Gedung lama tersebut miring akibat tertimpa material beton dari reruntuhan sisi selatan gedung baru. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi runtuhan susulan, sehingga proses evakuasi menjadi lebih rumit dan berisiko. Plt Kepala Pusat Pengendalian Operasi (Kapusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kolonel Inf Hery Setiono, menjelaskan bahwa gedung lama yang miring dinilai rentan jika proses pengangkatan material runtuhan dilakukan secara langsung.
"Kalau kita lihat secara langsung di lokasi, bangunan yang lama itu pun sudah miring," kata Hery. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus dengan metode teknik tertentu untuk mencegah terjadinya runtuhan susulan. Tim ahli konstruksi diterjunkan ke lokasi untuk melakukan kajian dan memberikan rekomendasi terkait metode evakuasi yang aman dan efektif. Prioritas utama adalah memastikan keselamatan tim SAR dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada bangunan di sekitar lokasi kejadian. Pemasangan alat-alat pengaman dan penyangga dilakukan untuk menstabilkan bangunan lama yang miring.
Target Evakuasi Reruntuhan dan Pembersihan Lokasi
Aparat menargetkan proses evakuasi korban dan pengangkatan puing reruntuhan rampung pada hari ini, Senin (6/10). Sebelumnya, proses evakuasi telah mencapai 80 persen. Namun, tim SAR masih menghadapi tantangan berat di sektor selatan, di mana material reruntuhan menimpa dan bersandar ke bangunan lama yang kondisinya sudah miring. Kondisi ini membutuhkan teknik khusus untuk menyingkirkan puing-puing tersebut. Berbagai alat berat dikerahkan untuk mempercepat proses pengangkatan material reruntuhan. Tim SAR juga menggunakan alat-alat pendeteksi untuk memastikan tidak ada lagi korban yang tertimbun di dalam reruntuhan.
"Harapannya progres yang kita ingin capai sekitar hari Senin mungkin ya. Paling lambatnya Senin malam atau Senin sore sudah bisa selesai," kata Hery. Setelah proses evakuasi selesai, langkah selanjutnya adalah pembersihan lokasi dan rehabilitasi lingkungan. Pemerintah daerah telah menyiapkan rencana untuk membangun kembali pondok pesantren yang hancur, dengan desain yang lebih aman dan modern. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pembangunan kembali Ponpes Al Khoziny.
Perintah Presiden untuk Penanganan Tragedi Ponpes
Presiden RI Prabowo Subianto memberikan perhatian khusus terhadap peristiwa tragis yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny. Beliau memerintahkan para menteri terkait dan kepala daerah untuk memberikan perhatian khusus dalam penanganan peristiwa ini. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengatakan bahwa Prabowo terus mengawasi perkembangan dari peristiwa tragis yang telah menewaskan puluhan orang dan melukai ratusan lainnya. Presiden menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada para korban dan keluarga yang terdampak.
"Sudah sudah, beliau memonitor terus makanya beliau kemudian memerintahkan kepada para menteri terkait dan gubernur dan wakil gubernur untuk memberikan perhatian," kata Pras. Pemerintah pusat telah mengalokasikan dana bantuan untuk meringankan beban para korban dan keluarga. Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan psikologis dan sosial untuk membantu mereka mengatasi trauma pasca-kejadian. Presiden juga menekankan pentingnya investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab ambruknya gedung pondok pesantren, sehingga kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.