Fenomena TikTok sebagai platform komunikasi digital terus berkembang, terutama dengan dominasi konten hiburan yang viral di halaman For You Page (FYP). Interaksi pengguna yang besar memunculkan dinamika kebahasaan yang unik di kolom komentar. Pengguna tidak hanya memberikan tanggapan terhadap video, tetapi juga menciptakan pola komunikasi baru melalui permainan kata, plesetan suara, ekspresi berlebihan, dan perpaduan bahasa yang mungkin jarang ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Hal ini menjadikan penelitian tentang variasi bahasa di TikTok semakin relevan, terutama pada konten hiburan yang populer dan banyak ditonton.
Bahasa di TikTok menjadi cerminan kreativitas generasi muda yang adaptif terhadap perubahan tren dan budaya digital. Komentar-komentar yang muncul seringkali spontan, lucu, dan sarat dengan konteks visual video. Fenomena ini menunjukkan bahwa TikTok bukan hanya platform berbagi video, tetapi juga ruang sosial tempat bahasa dieksplorasi dan dikembangkan secara kreatif.
Variasi Bahasa dalam Komentar TikTok
Kolom komentar TikTok menjadi arena ekspresi bahasa yang kaya dan beragam. Pengguna menciptakan variasi bahasa yang hidup melalui percampuran kata, perubahan ejaan, penggunaan emoji, hingga penyisipan identitas lokal. Komentar seperti "KAMERA GETER ARTINYA...." memperlihatkan gaya hiperbolis yang sengaja digunakan untuk menciptakan efek kelucuan. Gaya bahasa berlebihan ini memperkuat rasa humor, terutama ketika dipadukan dengan konteks video yang tampak tidak stabil atau mengguncang. Pola serupa terlihat pada komentar "kedut kedut jirr", yang menggabungkan bahasa gaul dengan emoji batu sebagai simbol wajah datar. Emoji ini sering digunakan untuk menyiratkan ironi, seakan-akan pengguna menanggapi sesuatu yang lucu dengan ekspresi tanpa reaksi. Variasi ini menunjukkan bagaimana pengguna TikTok bermain dengan bahasa untuk menciptakan humor dan keakraban.
Peran Identitas Lokal dan Imajinasi dalam Bahasa TikTok
Identitas lokal juga memiliki peran penting dalam variasi bahasa di TikTok. Komentar seperti "hai dampit, aku turen👋🏻" memperlihatkan bagaimana penyebutan daerah asal menjadi cara warganet menjalin kedekatan dengan penonton lain, menunjukkan bahwa TikTok juga menjadi ruang pertemuan budaya lokal. Selain itu, kreativitas juga muncul ketika pengguna membayangkan tokoh tertentu dalam konteks video, seperti pada komentar "guru bilek: sepatu gue mana nih🤣😭". Di sini, humor tercipta dari narasi imajinatif yang dianggap sesuai dengan situasi. Hal ini mencerminkan kebiasaan warganet yang gemar menambahkan cerita versi mereka sendiri di luar konteks video asli. Kemampuan berimajinasi dan menghubungkan video dengan pengalaman pribadi menambah dimensi baru dalam komunikasi di TikTok.
Inovasi Fonetis dan Plesetan Bahasa
Kreativitas berbahasa di TikTok juga mencakup inovasi fonetis dan plesetan bahasa. Kejenuhan terhadap tren yang terus berubah tampak dalam komentar "tren apa lagi ini😭", yang memperlihatkan campuran antara keluhan dan humor. Kreativitas fonetis muncul dalam komentar ""IPRIL" 😭 PLIS PETCAH BET KTAWA". Perubahan ejaan ini menciptakan bunyi baru yang menambah efek komedi sekaligus menunjukkan bahwa bahasa di TikTok berkembang melalui eksperimen yang tidak terikat pada kaidah formal. Plesetan seperti "juley" dan "ohgots💔💔" juga menegaskan bagaimana bahasa di media sosial bergerak bebas dan bersifat sangat komunitatif. Hanya mereka yang akrab dengan budaya TikTok yang dapat sepenuhnya memahami maknanya. Eksperimen bahasa ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi generasi muda terhadap perkembangan tren di platform tersebut.
Ironi dan Ekspresi Berlebihan dalam Komentar
Unsur ironi dan ekspresi berlebihan menjadi ciri khas lain dalam komentar TikTok. Komentar "kecewa banget, padahal nungguin yg satunya jatuh juga😭😭" menunjukkan ekspresi berlebihan yang sengaja dibuat untuk menambah kelucuan. Jenis humor ini sangat populer karena memanfaatkan ekspektasi yang berlawanan dengan kenyataan. Ekspresi penekanan menggunakan huruf kapital terlihat pada komentar "TEMENNYA GADA YG KETAWA, BERARTI UDAH BIASA😭", yang menunjukkan intensitas emosi sekaligus memberikan penilaian terhadap adegan dalam video. Komentar "lucu tapi aku mandang like" menggambarkan fenomena umum di TikTok ketika pengguna merasa terdorong memberi like meski tidak sepenuhnya menikmati kontennya. Respons semacam ini mencerminkan adanya norma sosial tak tertulis dalam komunitas digital. Penggunaan ironi dan ekspresi berlebihan adalah strategi untuk menarik perhatian dan berinteraksi dengan pengguna lain.
TikTok Sebagai Ruang Komunikasi Simbolik dan Emosional
Secara keseluruhan, pola komunikasi di TikTok sangat dipengaruhi oleh humor, spontanitas, dan konteks visual yang menyertai video. Pengguna menciptakan variasi bahasa yang hidup melalui percampuran kata, perubahan ejaan, penggunaan emoji, hingga penyisipan identitas lokal. Karakter bahasa semacam ini menunjukkan bahwa interaksi di TikTok tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga simbolik dan emosional. Bahasa berkembang menjadi alat hiburan dan keakraban sosial, bukan sekadar alat menyampaikan pesan. Kolom komentar menjadi ruang interaksi yang dinamis, di mana pengguna dapat mengekspresikan diri, menjalin hubungan, dan berpartisipasi dalam budaya digital yang terus berkembang.
Temuan ini memperlihatkan bahwa kreativitas berbahasa di TikTok mencerminkan dinamika komunikasi generasi muda yang sangat adaptif terhadap perubahan. Bahasa yang muncul tidak tetap, melainkan terus berevolusi mengikuti tren, konteks, dan kecepatan budaya digital. Dengan memahami perkembangan ini, pembaca dapat melihat bahwa bahasa di ruang digital bukanlah bentuk komunikasi yang "remeh", melainkan representasi budaya yang berkembang bersama perubahan teknologi dan kebiasaan sosial masyarakat.
