Sedikitnya 30 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan udara Israel di Gaza. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Insiden ini sontak memicu kecaman internasional dan menimbulkan pertanyaan serius tentang efektivitas perjanjian gencatan senjata tersebut. Situasi yang memprihatinkan ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah berlangsung lama di wilayah tersebut. Warga Gaza yang berharap akan adanya masa tenang pasca gencatan senjata, kini harus menghadapi kenyataan pahit berupa kekerasan dan ketidakpastian. Serangan yang menyasar wilayah padat penduduk, menambah jumlah korban sipil yang terus meningkat dan memperdalam luka konflik yang tak berkesudahan. Dunia internasional mendesak kedua belah pihak untuk segera menghentikan kekerasan dan kembali ke meja perundingan demi mencapai solusi damai yang berkelanjutan.
Serangan Israel di Gaza Utara Pasca Gencatan Senjata
Salah satu insiden paling mematikan terjadi di lingkungan Al-Sabra, Gaza Utara. Serangan udara menghantam rumah keluarga Ghaboun, menyebabkan lebih dari 40 orang terjebak di bawah reruntuhan. Tim penyelamat dari pertahanan sipil Gaza bergegas ke lokasi kejadian untuk mencari dan menyelamatkan korban yang tertimbun. Upaya penyelamatan berlangsung dramatis, dengan tim penyelamat berjuang di antara puing-puing untuk mengeluarkan pria, wanita, dan anak-anak yang terjebak. Sayangnya, beberapa orang ditemukan tewas, termasuk enam korban yang dikonfirmasi oleh Dr. Mohammed Abu Salmiya, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa.
Dampak Serangan Udara Terhadap Warga Sipil
Rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan betapa dahsyatnya dampak serangan udara terhadap warga sipil. Petugas penyelamat terlihat mengangkat seorang bocah dari reruntuhan, tubuhnya dipenuhi debu dan luka. Tangisan anak tersebut menjadi simbol penderitaan yang dialami oleh banyak warga Gaza akibat konflik yang berkepanjangan. Serangan ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghancurkan rumah dan infrastruktur, meninggalkan banyak keluarga kehilangan tempat tinggal dan akses ke kebutuhan dasar.
Klaim IDF dan Reaksi Internasional
Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan sel teroris Hamas yang beroperasi di dekat pasukan IDF. IDF menyatakan bahwa sel tersebut mengancam secara langsung keamanan pasukan mereka. Namun, klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen. Reaksi internasional terhadap serangan ini sangat beragam. Beberapa negara mengutuk keras tindakan Israel, sementara yang lain menyerukan penyelidikan independen untuk menentukan fakta dan pertanggungjawaban atas jatuhnya korban sipil. Banyak pihak menekankan pentingnya menghormati hukum humaniter internasional dan melindungi warga sipil dalam konflik bersenjata.
Nasib Gencatan Senjata yang Baru Diumumkan
Gencatan senjata yang baru diumumkan antara Israel dan Hamas kini berada di ujung tanduk. Serangan udara Israel pasca-gencatan senjata dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap kesepakatan tersebut. Warga Gaza yang awalnya berharap akan adanya masa tenang dan pemulihan, kini harus menghadapi kenyataan pahit berupa kekerasan dan ketidakpastian. Masa depan gencatan senjata menjadi tidak jelas, dengan potensi eskalasi konflik lebih lanjut.
Isi Kesepakatan Gencatan Senjata
Sebelumnya, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata tahap pertama di Jalur Gaza. Kesepakatan tersebut mencakup pembebasan seluruh sandera dari Gaza dan penarikan pasukan Israel. Selain itu, disepakati pula bahwa minimal 400 truk yang membawa bantuan kemanusiaan akan masuk ke Jalur Gaza setiap hari selama lima hari pertama gencatan senjata. Penyaluran bantuan tersebut dijanjikan akan ditingkatkan pada hari-hari berikutnya. Namun, dengan adanya serangan udara Israel pasca-gencatan senjata, implementasi kesepakatan ini menjadi sangat diragukan.
Krisis Kemanusiaan yang Semakin Parah
Konflik yang berkepanjangan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah di Jalur Gaza. Sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu, lebih dari 67 ribu warga sipil Palestina tewas. Bencana kelaparan akut semakin parah di wilayah kantong tersebut. Akses terhadap air bersih, makanan, dan layanan kesehatan sangat terbatas. Serangan udara terbaru hanya memperburuk situasi yang sudah mengerikan ini, meningkatkan jumlah pengungsi dan memperparah kondisi kehidupan bagi jutaan warga Gaza.