Sejumlah media Israel menyoroti keputusan Indonesia yang membatalkan visa untuk enam atlet Israel yang hendak berlaga di Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Jakarta. Keputusan ini menjadi sorotan karena Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan memiliki dukungan yang kuat terhadap Palestina. Pembatalan visa ini menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi kebijakan Indonesia terhadap partisipasi atlet Israel dalam acara olahraga internasional, mengingat sebelumnya ada jaminan bahwa tim Israel akan disambut di ajang tersebut. Isu ini kemudian berkembang menjadi perdebatan publik dan memicu berbagai reaksi dari berbagai pihak, termasuk federasi senam Israel dan internasional. Langkah ini juga menyoroti sensitivitas politik dalam dunia olahraga, terutama yang melibatkan negara-negara dengan sejarah konflik yang berkepanjangan.
Reaksi Media Israel atas Penolakan Atlet
Media-media Israel memberikan perhatian khusus terhadap pembatalan visa atlet senam mereka oleh Indonesia. Portal berita Times of Israel menyoroti bahwa keputusan ini diambil karena Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk Muslim dan pendukung setia Palestina. Media Israel lainnya, seperti Ynet Global dan YeniSafak, juga melaporkan berita serupa. Ynet News bahkan mengutip pernyataan bahwa Indonesia tidak akan mengeluarkan visa untuk tim senam Israel sampai Israel mengakui Negara Palestina. Pemberitaan ini mencerminkan kekecewaan dan keprihatinan atas dampak politik terhadap partisipasi atlet dalam kompetisi olahraga internasional.
- Times of Israel: Menyoroti status Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dan pendukung Palestina.
- Ynet Global dan YeniSafak: Memberitakan larangan partisipasi atlet Israel.
- Ynet News: Mengaitkan penolakan visa dengan pengakuan Negara Palestina oleh Israel.
Alasan Pembatalan Visa oleh Indonesia
Ketua Umum PB Persani, Ita Yuliati Irawan, mengonfirmasi bahwa pihaknya mengajukan pembatalan visa atlet senam Israel. Ia menjelaskan bahwa pembatalan ini merupakan hasil koordinasi dengan pihak imigrasi. Ita menambahkan bahwa Federasi Senam Internasional (FIG) mendukung keputusan Indonesia. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa proses visa atlet harus melalui C-8, dan karena Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel serta Israel termasuk dalam daftar calling visa, maka visa atlet Israel dibatalkan. Alasan ini menunjukkan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada pertimbangan politis dan prosedur keimigrasian yang berlaku.
Tanggapan Federasi Senam Israel
Federasi Senam Israel menyatakan bahwa mereka belum menerima pemberitahuan resmi terkait larangan masuk timnya ke Indonesia. Pernyataan ini menunjukkan adanya kesenjangan komunikasi antara pihak Indonesia dan Israel terkait pembatalan visa. Meskipun demikian, dengan adanya konfirmasi dari PB Persani dan pemberitaan luas di media, kecil kemungkinan tim senam Israel dapat berpartisipasi dalam Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Jakarta. Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana federasi senam internasional akan menanggapi keputusan Indonesia dan dampaknya terhadap partisipasi atlet Israel di masa depan.
Dampak pada Kejuaraan Dunia Senam Artistik
Absennya atlet Israel dari Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Jakarta tentu memiliki dampak, baik dari segi kompetisi maupun citra acara tersebut. Dari segi kompetisi, absennya atlet Israel berarti berkurangnya persaingan dan potensi medali. Dari segi citra, insiden ini dapat menimbulkan persepsi negatif tentang Indonesia sebagai tuan rumah acara olahraga internasional yang inklusif. Meskipun FIG mendukung keputusan Indonesia, tetap ada risiko bahwa insiden ini dapat mempengaruhi kepercayaan negara lain untuk menjadi tuan rumah acara serupa di masa depan. Hal ini juga memicu perdebatan tentang bagaimana olahraga seharusnya dipisahkan dari politik, dan bagaimana nilai-nilai universal olahraga dapat ditegakkan dalam situasi konflik politik.