Rupiah kembali menghadapi tantangan di tengah sentimen global dan domestik. Pada awal pekan ini, mata uang Garuda menunjukkan pelemahan terhadap dolar AS, sebuah tren yang diperkirakan akan berlanjut. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kebijakan fiskal Jepang, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, hingga ketidakpastian geopolitik yang masih membayangi. Pasar keuangan global pun turut memberikan pengaruh terhadap pergerakan rupiah, menciptakan dinamika yang kompleks bagi para pelaku ekonomi di Indonesia.
Tekanan terhadap rupiah tidak hanya datang dari eksternal, tetapi juga dari dalam negeri. Rilis data belanja kementerian/lembaga (K/L) pada tahun anggaran 2025 menunjukkan adanya perlambatan, meskipun pemerintah tetap optimis bahwa penyerapan anggaran akan maksimal di akhir tahun. Optimisme ini didasarkan pada tren realisasi belanja K/L yang menunjukkan progres positif. Namun, tantangan tetap ada, dan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah gejolak yang terjadi.
Rupiah Melemah Terhadap Dolar AS
Pada perdagangan awal pekan, rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pada penutupan perdagangan Senin sore, rupiah ditutup melemah 20 poin, setelah sebelumnya sempat melemah 45 poin, berada di level Rp 16.583 per dolar AS. Angka ini menunjukkan tekanan yang cukup signifikan terhadap mata uang Garuda di tengah sentimen pasar yang beragam. Pelemahan ini menjadi perhatian utama bagi para pelaku ekonomi dan pemerintah, karena dapat berdampak pada berbagai sektor, termasuk perdagangan dan investasi.
Analis memprediksi bahwa tren pelemahan rupiah ini akan berlanjut pada perdagangan berikutnya. Faktor-faktor seperti kebijakan fiskal Jepang dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi pendorong utama dari pelemahan ini. Selain itu, ketidakpastian geopolitik global juga turut memberikan kontribusi terhadap sentimen negatif terhadap rupiah. Pemerintah perlu terus memantau perkembangan pasar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas mata uang.
Pengaruh Kebijakan Jepang dan The Fed
Terpilihnya anae Takaichi sebagai perdana menteri perempuan pertama di Jepang menjadi salah satu faktor yang memengaruhi pergerakan rupiah. Takaichi dipandang sebagai sosok yang dovish dalam hal fiskal, yang diperkirakan akan menentang pengetatan moneter lebih lanjut oleh Bank of Japan (BOJ). Kebijakan ini dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, pasar juga semakin yakin bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga pada bulan Oktober. Para pelaku pasar memperkirakan peluang lebih dari 99% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin di akhir Oktober. Ekspektasi ini juga turut memengaruhi pergerakan rupiah, karena dapat mengurangi daya tarik investasi di negara-negara berkembang.
Sentimen Global dan Domestik Mempengaruhi Rupiah
Selain faktor-faktor ekonomi, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa juga tetap menjadi fokus proyeksi nilai rupiah ke depan. Konflik yang terjadi di berbagai wilayah dapat memicu ketidakpastian pasar dan berdampak negatif terhadap nilai tukar mata uang.
Dari sisi domestik, rilis data Belanja kementerian/lembaga (K/L) pada tahun anggaran 2025 menunjukkan perlambatan. Meskipun demikian, pemerintah masih optimistis bahwa masing-masing K/L dapat mampu menyerap anggaran dengan maksimal di akhir tahun. Pemerintah mencatat, terdapat 12 K/L besar yang sudah melaporkan progres realisasi belanja mencapai 80%. Capaian ini diharapkan dapat memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas rupiah.
Langkah Pemerintah Jaga Stabilitas Rupiah
Pemerintah terus berupaya untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah gejolak pasar global dan domestik. Beberapa langkah yang diambil antara lain adalah dengan memantau perkembangan pasar secara intensif, berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas moneter, dan mendorong penyerapan anggaran K/L secara maksimal. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia dan menarik investasi asing.
Upaya-upaya ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif bagi pasar dan menjaga stabilitas rupiah di tengah tantangan yang ada. Pemerintah juga mengajak seluruh pelaku ekonomi untuk bersama-sama menjaga stabilitas rupiah dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.